Hi Bro dan
Sis,
Minggu ini
temanya CUSTOM BIKE! Mari kita potong rangka!
Motor
kustom, love it or hate it hehehe… saya termasuk grup “Love” kalau soal ini
walau ya ada suka duka lah pastinya ketika kita mengendarai motor kustom.
Saya
sendiri awalnya nyebur di dunia potong rangka kira-kira di tahun 2008, zaman
ketika Japstyle belum mewabah seperti sekarang dan bengkel modifikasi spesialis
custom biasanya hanya untuk Harley Davidson. Tahun 2008 adalah tahun dimana
saya masih aktif di Komunitas Suzuki Thunder (KOSTER) korwil Jakarta Utara
hehehe, dan saya adalah member KOSTER ke-2 yang memutuskan untuk memodif thunder
kami dengan aliran Japstyle (pada waktu itu kayanya masih extrim sekali
potong-potong rangka dan rasanya wabah dimulai di Bandung).
KOSTER
sendiri di tahun 2008 didominasi oleh rider dengan aliran touring. Box
givi/kappa, hand guard, engine guard sudah menjadi ciri khas member KOSTER…
kecuali saya hehehehe, anti-mainstream gan! Saya Cuma mau tampil beda saja
(maklum ababil). Berikut foto motor Thunder saya ketika awal join KOSTER,
silahkan di bully hehehe
Spesifikasinya
modifnya :
- Tangki Honda Rebel
- Spion aftermarket
- Lampu depan aftermarket
- Lampu tambahan izuzu panther
- Jok Custom
- Spakbor belakang second entah dari motor apa
- Sein aftermarket
- Vleg Power 17”
- Sidebox ex-motor polisi
Jelek?
Wagu? Ga cocok? Wkwkkwkwkwkw harap maklum ya, waktu itu masih anak kuliah dan
ini modifikasinya pakai uang amplop tahun baru, dan prosesnya loncat-loncat
dari satu bengkel ke bengkel yang lain, dari kaki-kaki, potong rangka dan
fitting tangki, spakbor belakang, lampu-lampu semua beda bengkel hehehehe dari
Ciledug, Kemanggisan sampai Cempaka Putih. Tapi jujur biar begitu dulu rasanya
bangga sekali naik thundie ini (panggilan sayang buat Thunder) karena banyak
yang bingung motor apa, tidak jarang saya ditanya di lampu merah ini motor apa
hehehe. Saya memakai thunder custom ini cukup lama sampai pada akhirnya dijual
di tahun 2010 dikarenakan sudah lebih sering pakai motor matic.
Tahun 2010
sampai tahun 2012 bisa dibilang musim saya tidak menjalani hobby otomotif saya.
Saya kuliah sembari kerja magang sehingga tidak punya waktu (dan uang hiks) untuk
punya banyak hobby, uang yang saya sisihkan lebih banyak teralokasi ke hobby
fotografi saya. Barulah di 2012 semangat bermotor kembali terbakar dikarenakan
oknum berinisial IS yang beli HD softail dan dicustom, jiwa custom saya pun
terbakar kembali (lebay).
"The LoudWife"
Jadi saya
kala itu sudah lulus dan bekerja dengan stabil sehingga bisa mulai menyisihkan
sedikit uang untuk mewujudkan mimpi bermotor lagi, tentu saja bukan HD ya
wkwkkwkwkwkwk. Pilihan utama untuk bahan saya saat itu tetap di Thunder 125,
berikut beberapa alasannya :
- Mesin irit, tangguh (walau lemot) dan saya sudah terbiasa
- Rangka yang jadul dan lebih masuk ke aliran japs
- Harga bekas yang cenderung jatuh bebas sebebas-bebasnya
- Bisa join KOSTER lagi hehehehe
Dan satu
hal yang jadi pembelajaran saya, saya mau masukin motor itu ke bengkel Custom
beneran! Bukan lompat lompat bengkel seperti dulu, kebetulan di 2012 sudah
cukup banyak bengkel spesialis custom bertebaran di Jakarta. Setelah
mutar-mutar ga jelas akhirnya saya memberanikan diri melipir ke sebuah bengkel
spesialis custom di daerah Kemanggisan milik mas Nino, berjudul NinRoksta.
Disini saya berkonsultasi panjang lebar dengan mas Nino, asik orangnya, ramah,
apa adanya dan terbuka (jadi kaya cari jodoh ya). Menghabiskan 1-2 jam saya
langsung memutuskan untuk menggunakan jasa NinRoksta untuk meng-custom motor
saya… tapi belum ada motornya hehehhehehe (-.-‘)
Jadi motor
apa? Mas nino menyarankan mengambil Honda GL series, berikut pertimbangannya:
- Sparepart lebih tersedia dan ramah di kantong
- Secara basis rangka lebih mudah untuk dimodif
- Secara image lebih kuat untuk motor Custom (subjektif ya jangan dibully)
Jadi
berburulah saya, dan pucuk dicinta ulam tiba ayah teman saya menjual GL125
tahun 1996 tangan pertama! Lengkap dengan faktur penjualan! So special! Tanpa pikir
panjang bungkus! Dan langsung bawa ke NinRoksta! Dan potong rangka!!!!!! Tak
lupa motor matic yang selama ini menemani saya jual untuk nambah-nambah biaya
custom.
Waktu
pengerjaan kira-kira 6 bulan, dan disini justru terasa seninya main motor
custom, penantian panjang yang berbuah manis (lebay lagi). Tak bosan-bosannya
saya mampir ke bengkel hanya untuk sekedar melihat sudah berubah seperti apa
calon motor kesayangan ini.
Dan waktu
itu pun tiba ketika motor sudah bisa diambil, dan WOW sangat cucok dengan
selera saya berikut ini penampakan si cantik
Menurut
banyak orang, yang paling terpenting dari sebuah motor custom adalah
personafikasinya, dimana tiap motor adalah khusus untuk sang pemilik, dan saya
mem-personali-sasi motor saya dengan sebuah nama di tangkinya hehehehehe bagi
yang kenal saya sudah pasti tahu nama ini
Satu yang
tidak bisa dipungkiri adalah sensasi berkendara yang berbeda di kala
mengendarai motor custom, suara knalpot BLAAR.. BLAAAR… posisi riding yang unik
membuat sensasi yang luar biasa, jujur ini yang sampai sekarang membuat saya
galau kala melihat ada motor custom di jalanan.
Tidak lupa
sayapun memilih perlengkapan berkendara (apparel) yang cocok dengan motor
custom.
Bagi saya,
apparel yang cocok akan menambah sensasi berkendara lebih lagi hehehehe…
Tapi ya
nothing is perfect, saya sempat memakai motor custom ini untuk harian ngantor
selama kurang lebih 1 tahun, sebelum akhirnya lebih banyak ngendon di garasi
digantikan oleh Ninja 250fi.
Jadi apa
yang membuat akhirnya saya “menyerah” ? berikut daftarnya
- Ini tidak terlepas dari bahan motor yang sudah cukup berumur (1996) membuat banyak parts yang sudah aus dan harus diganti, terhitung master rem, kaliper, kabel kelistrikan, seal karet mesin dan banyak lagi yang dalam tempo 3 bulan sudah tidak layak pakai. Restorasi mesin ini kadang bisa terjadi kapan saja dan walaupun ketika dari awal kondisi motor sangat segar, kecepatan degradasi parts terhitung sangat cepat.
- Masih terkait umur motor, mesin GL125 harus diakui sudah kehilangan masa jayanya, nafas pendek sudah menjadi takdir, opsi bore-up menjadi 200cc terkendala biaya hehehehe…
- Harus diakui juga, bahwa senyaman-nyamanya motor custom, tidak akan bisa senyaman motor standar. Getaran, suspensi tidak begitu menyenangkan untuk perjalanan jauh. Tidak lupa spakbor yang kecil membuat cipratan air dan lumpur sampai ke atas kepala.
Masa-masa
terakhir saya bersama motor custom ini lebih banyak hanya dipakai untuk
keliling komplek dan riding-riding kecil untuk foto-foto. Pada akhirnya motor
saya saya berikan ke sepupu saya di Jawa untuk dia kuliah… Tapi ya itu, tetep aja sampe sekarang masih terlintas
niatan untuk bangun motor lagi hehehe…
Bye bye to
my beautiful bike…
So,
berdasarkan pengalaman saya jika anda berniat membangun motor custom, berikut
tips and triknya:
- Saya sarankan bangun untuk motor hobby, bukan operasional
- Gunakan mesin semuda mungkin, semakin muda semakin baik
- Masuklah ke bengkel yang cocok bagi anda, baik secara personal dengan buildernya maupun budget
- Sering-seringlah pantau perkembangan motor anda ketika dalam proses pembangunan agar anda bisa memberi masukan dan ikut terlibat dalam prosesnya
Untuk penutup
selalu tanamkan sikap “enjoy the ride” karena ingat, motor seperti ini bukan
untuk semua orang…
BLAR… BLAR…!
Verka
No comments:
Post a Comment